IA. Inovasi
Kurikulum
Inovasi Kurikulum adalah suatu pembaharuan atau
gagasan yang diharapkan membawa dampak terhadap kurikulum itu sendiri.
Kurikulum hanyalah alat atau instrumen untuk mencapai tujuan pendidikan dan
pembelajaran yang ditetapkan. Kurikulum bukan sebagai tujuan akhir. Seiring
dengan perubahan masyarakat dan nilai-nilai budaya, serta perubahan kondisi dan
perkembangan peserta didik, maka kurikulum juga mengalami perubahan. Perubahan
/ inovasi tersebut adalah:
1.
Dari sisi bentuk dan organisasi
inovasinya berupa perubahan dari kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 dan dan
kurikulum 1975 menjadi kurikulum 1975 yang disempurnakan dan dengan lahirnya
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka
terjadilah perubahan kurikulum pada tahun 1994.
2.
Dari sisi psikologi timbul masalah
berkenaan dengan pendekatan belajar-mengajar yang baru, maka muncul berbagai
inovasi seperti keterampilan proses, CBSA dan belajar tuntas.
3.
Dari sisi sosiologis timbul masaah
berkenaan dengan tuntutan masyarakat modern yang semakin tinggi dan kompleks
sehingga muncul inovasi berupa masuknya mata pelajaran keterampilan, adanya kerja
dan gagasan muatan lokal.
4.
Dari sisi penyampaian pengajaran,
inovasi berupa sistem modul paket untuk pendidikan luar sekolah dan metode SAS
(Struktural Analisis Sintesis) untuk belajar.
Mengutip pandangan Ralph Tyler (1949),
almarhum Prof. S. Nasution mengetengahkan empat faktor, landasan ataupun azas
utama yang selalu mengambil peran dalam pengembangan kurikulum, yakni: Pertama,
azas filosofis, termasuk filsafat bangsa, masyarakat dan sekolah serta
guru-guru; Kedua, azas sosiologis, menyangkut harapan dan kebutuhan masyarakat
(orangtua, kebudayaan, masyarakat, pemerintah, ekonomi); Ketiga, azas
psikologis yang terkait dengan taraf perkembangan fisik, mental, emosional dan
spiritual anak didik; Keempat, azas epistemologis, berkaitan dengan konsep kita
mengenai hakekat ilmu pengetahuan.Keempat asas yang menjadi dasar pengembangan
kurikulum dapat berkembang atau bahkan berubah sama sekali dan yang demikian itu
akan mempengaruhi kurikulum.
Inovasi kurikulum muncul karena ada masalah yang dirasakan dalam
pelaksanaan kurikulum. Inovasi kurikulum meliputi perencanaan, implementasi dan
pengembangan kurikulum termasuk
kurikulum berbasis kompetensi yang meliputi konsep, karakteristik, dan
proses pengembangan KBK. Konsep KBK menitikberatkan pada kemampuan di bidang
pengetahuan, keterampilan sikap yang diwujudkan dalam bentuk tindakan baik kompetensi
akademis, okupasional, kultural maupun temporal. Karakteristik KBK beroreantasi
pada ketercapaian kompetensi, keberagaman hasil belajar, multi srtategi termasuk
pendekatan atau metode dengan menekankan penilaian pada proses dan hasil. Pengembangan
KBK dilandasi filosofis keimanan dan ketakwaan yang kuat disetai landasan
secara psikologis yang handal dan proses secara teknologis yang unggul. Hal ini
dalam KBK pengembangan dapat dilakukan dengan perencanaan, implementasi pembelajaran,
dan evaluasi yang dilakukan guru secara terprogram.
B. Kurikulum
dan Pengajaran
Menurut Hilda Taba dalam bukunya
“Development Curriculum” menyatakan bahwa setiap kurikulum biasanya terdiri
dari tujuan, isi, strategi / pola belajar-mengajar, dan evaluasi.
1. Komponen
Tujuan
Tujuan kurikulum pada
dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan yang diberikan kepada anak
didik. Karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan, maka kurikulum
harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan. Ada dua jenis tujuan
institusional, yaitu tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional
khusus (TIK). Perbedaan kedua tujuan tersebut terletak dalam hal kemampuan yang
diharapkan dikuasai anak didik. Pada TIU sifatnya lebih luas dan mendalam,
sedangkan TIK lebih terbatas dan harus dapat diukur pada saat berlangsungnya proses
belajar-mengajar. Dengan demikian TIK harus lebih operasional dan mudah
dilakukan pengukuran.
2. Isi
atau Materi Kurikulum
Isi kurikulum adalah
berbagai pengetahuan, sikap, keterampilan dan pengalaman belajar yang harus
diberikan kepada anak untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam menentukan isi
kurikulum baik yang berkenaan dengan pengetahuan maupun pengalaman belajar
disesuaikan dengan tingkat dan jenjang pendidikan, perkembangan masyarakat,
(tuntutan dan kebutuhan), perkembangan dan iptek.
Bila kita harus memilih
isi kurikulum, maka kriteria yang bisa digunakan adalah:
a. Isi
kurikulurn harus sesuai, dengan tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa.
Artinya sejalan dengari tahap perkembangan anak.
b. Isi
kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai dengan tuntutan hidup
nyata dalam masyarakat.
c. Isi
kurikulum dapat mencapai tujuan yang konprehensif, artinya mengandung aspek
intelektual, moral, sosial secara seimbang.
d. Isi
kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji, artinya tidak
cepat lapuk hanya karena perubahan tuntutan hidup sehari-hari.
e. Isi
kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas, teori, prinsip, konsep yang
terdapat di dalamnya, bukan hanya informasi aktual.
f. Isi
kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Menurut Tyler kriteria yang digunakan untuk
merumuskan kurikulum adalah :
a. Berkesinambungan,
artinya saling hubungan atau jalin-menjalin antara berbagai tingkat dan jenis
program pendidikan.
b. Berurutan,
artinya kurikulum diorganisasikan dengan memperhatikan tahapan atau urutan
bahan.
c. Keterpaduan,
artinya dalam menyusun program pendidikan atau kurikulum sebaiknya memiliki
pengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum, sehingga dapat membantu anak
memperoleh pengalaman tersebut dalam suatu kesatuan.
d. Prinsip
Fleksibilitas, artinya kurikulum yang dirumuskan hendaknya memiliki ruang gerak
baik bagi guru dalam mengembangkan program pendidikan maupun untuk murid untuk
memilih program yang ditawarkan.
3. Strategi
Pelaksanaan Kurikulum/Proses Belajar Mengajar
Strategi
pelaksanaan kurikulum atau lebih khusus lagi proses belajar-mengajar adalah
cara bagaimana anak memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
kurikulum sebagai program pendidikan pada dasarnya masih merupakan niat atau
rencana, sedangkan bagaimana operasionalisasinya, maka diperlukan strategi
pelaksanaan kurikulum. Strategi pelaksanaan kurikulum pelaksanaan kurikulum
harus memperhatikan (a) tingkat dan jenjang pendidikan, (b) proses
belajar-mengajar, (c) bimbingan dan penyuluhan, (d) administrasi supervisi, (e)
sarana kurikuler, (f) evaluasi atau penilaian. Operasional strategi pelaksañaan
kurikulum menerapkan metode dan media yang sesuai dan tepat guna untuk mencapai
tujuan kurikulum. Sedangkan proses itu sendiri bertalian dengan bagaimana
pengalaman belajar atau isi kurikulum diorganisasikan. Setiap bentuk organisasi
yang digunakan membawa dampak terhadap proses memperoleh pengalaman yang
dilaksanakan. Untuk itu perlu ada kriteria pola organisasi kurikulum yang
efektif.
4. Evaluasi
Kurikulum
Evaluasi
kurikulum dimaksudkan untuk menilai suatu kurikulum sebagai program pendidikan
untuk menentukan efisiensi, efektifitas, relevansi dan produktivitas program
dalam mencapal tujuan pendidikan. Evaluasi kurikulum harus dilakukan secara
terus-menerus. Hal ini sesuai dengan pemikiran Nana Syaodih Sukmadinata (1997)
bahwa ada prinsip umum dalam pengembangan inovasi yang perlu dievaluasi
kurikulum tersebut antara lain :
a. Prinsip
relevansi. Kurikulum yang kita rancang dan kembangkan apakah sudah relevan
dengan kebutuhan peserta didik untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
b. Prinsip
fleksibilitas. Kurikulum yang kita rancang dan kembangkan apakah sudah bersifat
adaptif, mampu menyesuaikan diri dengan konteks pembelajaran.
c. Prinsip
kontinuitas. Kurikulum yang kita rancang dan kembangkan memungkinkah peserta
didik lebih sanggup mengembangkan potensinya kelak dalam rencana belajar
berikutnya (prinsip belajar sepanjang hayat).
d. Prinsip
praktis. Kurikulum sebaiknya mudah digunakan dengan alat sederhana dan biaya
relatif murah, terutama dalam situasi ekonmi dewasa ini. Selain itu, apa yang
dipelajari mahasiswa seharusnya mampu membentuk dan meningkatkan kompetensi
mereka di dalam kehidupan sehari-hari.
e. Prinsip
efektivitas. Efektivitas sebuah kurikulum harus dilihat dari sejauhmana
perubahan peserta didik, sebagaimana dampak dalam kehidupan dan karyanya.
C. Kurikulum
Berbasis Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetensi
dikembangkan untuk memberikan keahlian dan keterampilan sesuai dengan standar
kompetensi yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing dan daya jual untuk
menciptakan kehidupan yang berharkat dan bermartabat ditengah-tengah perubahan,
persaingan, dan kerumitan kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Adanya
kurikulum berbasis kompetensi memungkinkan hasil lulusan menjadi lebih terampil
dan kompeten dalam segala tuntutan masyarakat sekitarnya.
D. Inovasi
Kurikulum Berbasis Masyarakat
1. Pengertian
Kurikulum Berbasis Masyarakat
Kurikulum berbasis
masyarakat merupakan kurikulum yang menekankan perpaduan antara sekolah dan
masyarakat guna mencapai tujuan pengajaran. Kurikulum ini pula memiliki tujuan
memberikan kemungkinan kepada siswa untuk akrab dengan lingkungan dimana mereka
tinggal, mandiri dan bekal keterampilan. Karakteristik kurikulum berpusat
kepada masyarakat ditinjau dari segi pembelajaran baik berorientasi, metode,
sumber belajar, strategi pengajaran berpusat pada kepentingan siswa sebagai
bekal hidup di masa mendatang. Karakteristik lain dari materi pembelajaran
sesuai tuntutan kewilayahan maka disebut juga kurikulum berbasis kewilayahan.
Sedangkan kegiatan guru hanyalah sebagai fasilitator belajar dan siswa untuk
aktif, kreatif untuk memecahkan permasalahan. Pengembangan kurikulum bertitik
tolak dari tujuan pendidikan, analisis kebutuhan, implementasi kurikulum,
seleksi strategi pembelajaran, teknik evaluasi dan evaluasi program kurikulum. Kurikulum
berbasis masyarakat, bahan dan objek kajiannya menyesuaikan kebijakan dan
ketetapan yang dilakukan di daerah, disesuaikan dengan kondisi lingkungan alam,
sosial, ekonomi, budaya dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan daerah
yang perlu dipelajari oleh siswa di daerah tersebut. Bagi siswa berguna untuk
memberikan kemungkinan dan kebiasaan utnuk akrab dengan lingkungan dimana
mereka tinggal. Kemungkinan lain mencegah dari keterasingan lingkungan,
terbiasa dengan budaya dan adat istiadat setempat dan beusaha mencintai
lingkungan hidup, sehingga sebuta kurikulum ini disebut kurikulum berbasis
wilayah. Berdasarkan teori berbasis masyarakat beberapa teori kurikulum ini
setuju bahwa tingkat sosial harus menjadi titik awal dan penentu utama
kurikulum.
Tujuan kurikulum
tersebut adalah:
a. Memperkenalkan
siswa terhadap lingkungannya, ikut melestarikan budaya termasuk kerajinan,
keterampilan yang dinilai ekonominya tinggi di daerah tersebut.
b. Membekali
siswa kemampuan dan keterampilan yang dapat menjadi bekal hidup dimasyarakat,
seandainya mereka tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
c. Membekali
siswa agar hidup mandiri, serta dapat membantu orang tua dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Kurikulum
berbasis masyarakat memiliki beberapa keunggulan/kelebihan, antara lain:
a. Kurikulum
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat.
b. Kurikulum
sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah, baik kemampuan finansial, profesional
maupun manajerial.
c. Disusun
oleh guru-guru sendiri dengan demikian,, sangat memudahkan dalam
pelaksanaannya.
d. Ada
motivasi kepada sekolah khusus kepala sekolah dan guru kelas untuk
mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulumyang sebaik-baiknya,
dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum.
2. Pengembangan
Kurikulum Berbasis Masyarakat
Komponen-komponen kurikulum berbasis
masyarakat meliputi:
a. Tujuan
dan filsafat pendidikan dan psikologi belajar.
b. Analisis
kebutuhan masyarakat sekitar dan analisis kebutuhan siswa.
c. Tujuan
kurikulum (TUK dan TKK)
d. Pengorganisasian
dan implementasi kurikulum.
e. Tujuan
pembelajaran (TPU dan TPK)
f. Strategi
pembelajaran mencakup model-model pembelajaran.
g. Teknik
evaluasi (proses dan produk).
h. Implementasi
strategi pembelajaran
i.
Penilaian dalam pembelajaran.
j.
Evaluasi program kurikulum
3. Penilaian
dalam Kurikulum Berbasis pada Masyarakat
Penilaian merupakan
serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan menganalisis, dan menaksirkan data
tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan. Penilaian ini dilakukan secara terpadu dengan kegiatan belajar
mengajar, oleh karena itu disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK ini
dilakukan dengan mengumpulkan kerja siswa (portofolio), hasil karya
(penugasan), kinerja (performance), dan tes tertulis. Guru menilai kompetensi
dan hasil belajar siswa berdasarkan tingkat pencapaian prestasi siswa selama
dan setelah kegiatan belajar mengajar.
4. Inovasi
Kurikulum Berbasis Masyarakat
Inovasi kurikulum berbasis
masyarakat dapat dilakukan dengan kajian terus menerus terhadap kebutuhan
masyarakat sekitar terhadap sekolah (khususnya siswa) dan kebutuhan-kebutuhan
siswa terhadap masyarakat dan lingkungannya. Dua hal krusial ini pasti akan
terus berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungan dan masyarakat.
Sehingga sekolah penganut kurikulum berbasis masyarakat akan selalu harmonis
dengan lingkungan dan masyarakatnya, karena akan selalu terjadi simbiosis
mutualisme.
apa faktor yang menghambat inovasi kurikulum
BalasHapusKak sumbernya apa?
BalasHapusWhat is the difference between casino games and slots?
BalasHapusSlot games are the most poormansguidetocasinogambling.com popular types of casino games, and deccasino the majority are slots. 출장안마 and the most 출장안마 commonly 바카라사이트 played slot games.